Kamis, 19 Maret 2009

PPE untuk lansia

Pre Participaton Examination pada Lansia

Definisi lansia

Terdapat berbagai definisi untuk lansia. Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Sedangkan WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:

· Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun

· Elderly, antara 60-74 tahun

· Old, antara 75-90 tahun

· Very old, lebih dari 90 tahun

Pada kenyataannya sebenarnya secara fisiologis lansia tidak dapat dikategorikan secara pasti karena proses penuaan terjadi tidak secara merata.

Pemeriksaan pre- partisipasi

Pemeriksaan PrePartisipasi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk mengidentifikasi dan mengeksklusi seseorang dengan keadaan kesehatan tertentu yang mungkin membuatnya berisiko untuk melakukan tes kebugaran dan latihan jasmani. Bagi setiap individu yang akan menjalani sebuah program olahraga atau ingin lebih aktif disarankan untuk melakukan sebuah program pemeriksaan pre pastisipasi untuk menjamin keamanan dalam melakukan program-program latihan jasmani.

Pemeriksaan prepartisipasi ini dianjurkan bagi siapa saja yang akan menjalani tes kebugaran dan yang akan melakukan latihan jasmani termasuk juga lansia. Menurut ACSM (American College of Sports Medicine), tujuan dari pemeriksaan prepartisipasi dan screening kesehatan adalah :

1. Mengidentifikasi dan mengeksklusi individu yang mempunyai kontraindikasi untuk melakukan latihan jasmani.

2. Mengidentifikasi yang mempunyai faktor risiko suatu penyakit (karciovaskuler, metabolik atau pernafasan), dimana individu tersebut harus melakukan evaluasi medis terlebih dahulu sebelum melakukan program latihan jasmani.

3. Mengidentifikasi individu yang mempunyai penyakit klinis yang signifikan sehingga dalam melakukan program latihan jasmani harus disupervisi.

4. Mengidentifikasi individu yang memerlukan kebutuhan khusus.

ACSM memberikan beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam melakukan tes bagi para lansia, beberapa hal diantaranya adalah: Pemeriksaan harus aman dan efektif

- Tes kebugaran diawal intensitas pembebanan yang rendah (2-3 METs) dan peningkatan intensitas harus kecil (0,5-1 METs)

- Tes ergocycle lebih dianjurkan bagi mereka yang lemah dalam keseimbangan, koordinasi neuromuskuler, penglihatan, kekuatan dan gangguan pada kaki.

- Treadmill sebaiknya diberi pegangan untuk membantu mengatasi masalah keseimbangan

- Exercise induced dysrhytmias lebih sering terjadi pada lansia dibanding pada usia muda

Dengan rangkaian pemeriksaan kita dapat mengklasifikasikan risiko / faktor risiko suatu individu sebagai berikut :

Ø Low Risk (apparently healthy ):

Apabila terdapat 0 -1 faktor risiko. (hanya pada usia <>

Ø Moderate Risk :

Apabila terdapat 2 atau lebih Faktor Risiko (termasuk didalamnya lansia pria >45 th; wanita >55 th)

Ø High Risk :

Apabila terdiagnosis suatu penyakit kardiopulmoner atau penyakit metabolik (known disease).

(Apabila mempunyai 1 atau lebih gejala / tanda penyakit kardiovaskuler.)

Berikut ini adalah contoh pemeriksaan pre-partisipasi pada lansia :

I. Identitas Pasien

- Usia

- Jenis kelamin

- Pekerjaan

- Status

- Jumlah anak

- Jumlah anggota keluarga yang serumah

II. Anamnesa

- Keluhan Utama

- Motivasi untuk olahraga

- Riwayat sakit sekarang

- Riwayat sakit yang pernah diderita

- Riwayat pengobatan

- Riwayat penyakit pada keluarga (jantung, hipertensi, diabetes)

- Riwayat menstruasi dan menopause(pasien perempuan)

- Riwayat kehamilan dan persalinan (pasien perempuan)

- Riwayat kontrasepsi

- PARQ

- Riwayat aktivitas fisik yang pernah dilakukan

- Riwayat aktivitas fisik yang masih dilakukan dan atau ingin dilakukan

- Riwayat aktivitas sosial

- Riwayat nutrisi

- Kebiasaan (rokok, alkohol, dan sebagainya)

III. Pemeriksaan fisik umum

a. Dasar

- Tanda vital

- Inspeksi (perbandingan kanan dan kiri, ada tidaknya warna atau bentuk yang abnormal)

- Palpasi (posisi, ukuran, konsistensi organ)

- Perkusi (ada tidaknya suara abnormal pada perkusi organ)

- Auskultasi (ada tidaknya suara abnormal jantung, paru, peristaltik)

b. Muskuloskeletal

- Look : Gait, diskolororisasi, asimetri, oedema

- Feel : krepitasi, massa

- Move : ROM

- Pemeriksaan khusus bila di curigai cedera

IV. Pemeriksaan kebugaran

a. Health related fitness

1. Antropometri

- Tinggi badan & berat badan

- Persentase lemak

- BMI

- Lingkar pinggang

- Postur rating

2. Fleksibilitas

- sit and reach

Ø dilakukan untuk mengetahui kelenturan tulang belakang

Ø lebih dipilih dibandingkan stand and reach karena pertimbangan keamanan dan kemudahan bagi lansia

3. Kekuatan otot

- Tes bicep dengan dumble

ü Mudah untuk dilakukan

ü Harus diperhatikan beban yang aman bagi lansia

ü Kelemahan :

- Memerlukan set dumble yang lengkap

- Pada lansia yang osteoporosis perlu perhatian yang khusus terutama untuk pemilihan beban dan tehnik tes

- Handgrip dinamometer

ü Mudah dilakukan

ü Kelemahan :

- Memerlukan alat dinamometer

- Perlu tehnik yang dalam melakukan tes untuk menghindari terjadinya manuver valsava

4. Daya tahan otot

- Tes push up (bertumpu pada lutut dan dialasi)

Manfaat : mengetahui daya tahan otot

Kelemahan : dapat terjadi kesulitan pada pasien lansia dengan obesitas ataupun dengan kekuatan otot yang lemah

4. Kapasitas paru

- Spirometer

Manfaat : mengetahui fungsi paru

Kerugian : - ketersediaan alat

- perlu tehnik yang mungkin sulit dilakukan oleh lansia

Alternatif pemeriksaan : rontgen thorax

5. VO2 max

a. Tes sepeda metode Astrand

- Dipilih karena mudah dilakukan

- Aman untuk sendi dan tulang

- Core stability pasien lebih stabil karena posisi duduk di kursi sepeda

- Digunakan tes submaksimal

- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir pengaruh lingkungan luar

b. Tes bangku YMCA 3 menit

- Dipilih sebagai alternatif bila tidak ada ergocycle

- Mudah dilakukan

- Waktu tes singkat sehingga meringankan pasien dan meminimalisasi resiko kardiovaskuler

- Dilakukan dalam ruangan sehingga lebih nyaman dan meminimalisir pengaruh lingkungan luar

- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan sendi

c. Tes jalan/lari 12 menit

- Alternatif lain bila tidak tersedia ergocycle dan bangku step test

- Mudah dilakukan

- Tidak bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan dan sendi

- Memerlukan lintasan jalan.lari yang aman dan nyaman

b. Skill related fitness

1. Tes keseimbangan

- Romberg tes

- Single leg tes

2. Tes koordinasi

Ø Tes keseimbangan dan koordinasi dilakukan untuk mengetahui potensi jatuh yang cukup besar pada lansia

V. Pemeriksaan penunjang

- ECG (mandatory)

- Hb, AE, AL, AT, Hmt

- Profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida)

- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat)

- Fungsi hepar (SGOT,SGPT, Gamma GT)

- Gula darah puasa, 2 jam PP dan HbA1C

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyudi I. Konsep lansia (sumber di internet). Ditulis pada 7 November 2008(diakses pada 17 Maret 2009).Diunduh dari : http://iwanmanagers.blogspot.com/2008/11/konsep-lansia.html

2. American College of Sports Medicine (ACSM). ACSM’s Guidelines for exercise testing and prescription. 7th Ed. LippincotWilliams & Wilkins. 2006.

3. Dirjen Binkesmas. Petunjuk teknis pengukuran kebugaran jasmani. Depkes RI. 2005.

4. Kibler, W.B. The Sport Preparticipation Fitness Examination. Human Kinetic Books. 1990.

5. Olds T, Norton K. Pre-exercise health screening guide. Champaign: Human Kinetics; 1999.

6. Harries M, Williams C, Stanish WD, Micheli LJ. Oxford textboox of sports medicine. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press; 1998.